Laporan Pembuatan Larutan Kimia Dasar

laporan pembuatan larutan

Calonpendidik.com – Pembuatan larutan merupakan praktikum yang dilaksanakan pada kimia dasar. Laporan pembuatan larutan ini mempunyai maksud untuk mencari tahu kemolaran tertentu zat terlarut dari kristalnya serta larutan yang mempunyai konsentrasi yang lebih besar.

Laporan pembuatan larutan ini kami hadirkan bagi teman-teman mahasiswa yang sementara belajar Kimia Dasar 1 untuk dijadikan sebagai referensi.

Pendahuluan Laporan Pembuatan Larutan

Tujuan Percobaan

  • Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari kristalnya.
  • Mahasiswa mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya.

Landasan Teori

Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute), dan pelarut (solvent). (Mulyono. 2012)

Beberapa pereaksi dan hasil reaksi dapat berada dalam bentuk larutan. Larutan (solurion) sesungguhnya ditentukan oleh komponen-komponennya. yaitu :

  • Pelarut (solvent) : merupakan substansi yang melarutkan zat. Komponen ini menentukan wujud larutan sebagai gas, padatan atau sebagai zat cair.
  • Zat terlarut (solute) : merupakan substansi yang terlarut dalam solvent.Misalnya bila tertulis : NaCl (aqueous) maka artinya NaCl sebagai solute dan aqua atau H20 sebagai solvent. ( Elida s, Tety. 1996)

Komposisi dari setiap sifat rasa cairan yaitu larutan. Berbeda dengan air murni, larutan adalah campuran yang terdiri dari dua bahan. Larutan ini homogen karena sifat-sifatnya tidak seragam, komposisi dan sifat fasa cairan ada pada air murni, sedangkan fungsi dan fungsi padatan terdapat pada pasir dan itu merupakan senyawa.(Ralph H, Petrucci. 1987)

Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa pada bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarut-nya.

Selain itu, masih ada beberapa macam penggolongan lain terhadap larutan. Berdasar banyak jenis zat yang menyusun larutan, dikenal larutan biner (tersusun dari 2 jenis zat); larutan terner (3 jenis zat penyusun); larutan kuartener (4 jenis zat penyusun); dst.

Menurut sifat hantaran listriknya, dikenal larutan elektrolit (larutan yang dapat menghantarkan arus listrik), dan larutan nonelektrolit (larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik). Sedangkan ditinjau dari kemampuan suatu zat melarut ke dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu, dikenal:

  1. Larutan tak-jenuh (unsaturated-solution); larutan yang masih dapat melarutkan sejumlah zat terlarutnya.
  2. Larutan jenuh (saturated-solution); larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal pada suhu tertentu.
  3. Larutan lewat-jenuh (supersaturated-solution); larutan yang mengandung zat terlarut melebihi jumlah maksimalnya. ( Mulyono, 20012)

Jenis zat terlarut dan jenis pelarut akan mempengaruhi sifat larutan yang terbentuk. Air merupakan pelarut yang tidak asing lagi dalam kehidupan. Sifat-sifat air seperti mudah diperoleh, mudah digunakan, memiliki trayek cair yang panjang, dan kemampuannya untuk melarutkan berbagai zat adalah sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh pelarut lain. Sifat ini menempatkan air sebagai pelarut universal. Kenyataan inilah yang mendorong banyaknya usaha pengkajian perilaku, perubahan sifat, dan analisis kimia zat sering dilakukan di dalam medium air.

Satu dari penggolongan pelarut yang paling sederhana dan jelas adalah dalam rangka polaritas. Penggolongan pelarut lainnya yang sangat berguna adalah dalam rangka apa yang dinamakan konsep pelarut induk (parent solvent). Suatu pelarut tertentu dapat dianggap sebagai pelarut induk yang darinya dapat diturunkan suatu sistem senyawa dan perilaku senyawa analog haru berhubungan dalam pelarut induknya masing-masing. ( m. Cl. Yde. Day. Jr, dkk. 1990)

Melarut (to dissolve) dapat diartikan sebagai:

  1. terdispersinya molekul-molekul zat terlarut di dalam molekul- molekul air; misalnya gula dalam air, minyak dalam air, atau dalam hal lain CCl4 dalam benzen.
  2. berinteraksinya molekul/ion zat terlarut dengan molekul-molekul air. Interaksi dengan air ini biasa disebut hidrasi (atau istilah umumnya disebut solvasi). Hal ini terjadi pada zat-zat terlarut yang bersifat polar atau bersifat ionis, seperti HCI, NaCl, KCI, Na S04, dan sebagainya.
  3. bereaksinya zat terlarut dengan pelarut (air).

Konsentrasi zat terlarut menunjukkan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan, untuk larutan-larutan yang molaritasnya sama berarti larutan-larutan tersebut memiliki jumlah mol yang sama dalam 1 liter larutan. Larutan yang memiliki jumlah mol yang sama berarti memiliki jumlah molekul yang sama yaitu sebanyak kelipatan dari 6,02´1023 buah molekul.

Walaupun jumlah molekul larutan-larutan tersebut sama, namun tidak berarti total massa molekul yang terlarut di dalam setiap 1 liter larutan tersebut sama, karena 1 molekul HCl terdiri dari 1 atom H dan 1 atom C yang massanya tidak akan sama dengan massa 1 molekul NaCl, C6H12O6, atau NaOH. Jika total massa molekulnya tidak sama maka hal ini berarti kerapatan atau massa jenis larutannya akan berbeda-beda pula meskipun molaritasnya sama. (Roniyus M.S. 2005)

Beberapa satuan konsentrasi yang sering dijumpai antara lain persen-massa; persen-volum; bagian per juta, molalitas, dan molaritas.

1 .Persen Massa

2 .Persen Volume

3. Bagian Per juta

Untuk larutan, antardua zat penyusunnya dapat dinyatakan menurut hubungan berikut :

Baca Juga  Laporan Termokimia Kimia Dasar 1 Lengkap

Untuk larutan dengan lebih dari dua zat penyusunnya satuan konsentrasi bpj dapat dirumuskan sebagai :

4. Molalitas

  • Simbol satuan : m
  • Satu molal, atau 1 m suatu larutan didefinisikan sebagai 1 mol zat terlarut di dalam 1000 g pelarut.

Secara umum berlaku :

5. Molaritas

  • Simbol satuan : M
  • Satu molar, atau 1 M suatu larutan didefinisikan sebagai 1 mol zat terlarut di dalam 1 liter larutan, atau 1 mol zat itu dalam 1 ml larutan.

Secara umum dapat dinyatakan menurut hubungan berikut :

Di mana Wa = massa zat A (dalam gram), Ma = massa molekul relatif zat A (dalam g/mol), dan V = volume larutan (dalam ml). (Mulyono. 2006)

Apabila konsentrasi larutan dinyatakan dalam skala volumetrik, jumlah solute yang terdapat dalam larutan pada volume tertentu akan setara dengan hasil kali volume dan konsentrasi.

Jumlah solute = volume konsentrasi.

Jika suatu larutan diencerkan, volume akan meningkat dan konsentrasi akan berkurang nilainya, tetapi jumlah keseluruhan solute akan konstan. Jadi, dua buah larutan yang mempunyai konsentasi berbeda tetapi mengandung jumlah solute yang sama dapat dihubungkan dengan :

Volume(1) x Konsentrasi(1) = Volume(2) x Konsentrasi(2)

Dengan V1 dan K1 – Volume dan konsentrasi awal, V2 dan K2, merupakan volume dan konsentrasi setelah pengenceran. (Tety Elida s.. 1996)

Hampir sebagian besar zat dapat melarut di dalam air; hanya ada yang mudah dan bahkan ada pula yang sukar atau sedikit sekali larut. Kemampuan melarut suatu zat di dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu berbeda-beda antara satu dengan lainnya. ” Jumlah maksimal zat terlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu” inilah yang disebut kelarutan (solubility) zat itu.

Pada umumnya turunnya suhu akan menurunkan kelarutan dari zat terlarutnya. Berbeda dengan gas-gas, kelarutan gas menurun dengan naiknya suhu di samping oleh pengaruh tekanan barometer di atas permukaan larutannya. Biasanya pernyataan kel-rulan zat selalu disertai dengan kondisi suhunya atau bila tanpa ada nilai suhunya berarti kelarutannya dimaksudkan pada suhu kamar; sedangkan untuk gas-gas, kelarutannya sering disertai dengan kondisi suhu dan tekanan udara permukaan (tekanan total)-nya.

Larutan dapat mempengaruhi absorbsi. Ada 2 jenis absorbsi, yaitu kimia dan fisis. Absorbsi kimia melibatkan reaksi kimia antara pelarut cair dengan arus gas dan solut tetap di fase cair. Dalam absorbsi fisis, solut dalam gas mempunyai kelarutan lebih besar dalam pelarut cairan, sehingga solut berpindah ke fase cair. faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi adalah kelarutan (solubility) gas dalam pelarut dalam kesetimbangan. Pada umumnya, naiknya temperatur menyebabkan kelarutan gas menurun. (Jurnal Kimia UNPAD, ISSN No. 2303-3401).

Metode Praktikum Laporan Pembuatan Larutan

Adapun metode praktikum dalam laporan pembuatan larutan, yaitu sebagai berikut:

Alat dan Bahan

  1. Neraca digital 1 buah
  2. Labu takar 50 mL 2 buah
  3. Gelas kimia 50 mL 2 buah
  4. Batang pengaduk 1 buah
  5. Labu semprot 2 buah
  6. Pipet ukur 25 mL 1 buah
  7. Pipet tetes 2 buah
  8. Corong biasa 1 buah
  9. Spatula 1 buah

Prosedur Kerja

1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari Kristal (zat padat) NaOH

  • Massa NaOH yang akan dipakai dihitung untuk dibuat 50 mL larutan NaOH 2 M.
  • Padatan NaOH yang telah dihitung seberat 4 g ditimbang pada gelas kimia 50 mL (terlebih dahulu gelas kimia kosong ditimbang).
  • Padatan NaOH yang telah ditimbang dilarutkan dengan sedikit aquades, diaduk hingga larut.Padatan NaOH yang telah larut dimasukkan kedalam labu takar 50 ml, gelas kimia yang digunakan dibilas dengan aquades dan air pembilasan dimasukkan kedalam labu takar.
  • Aquades ditambahkan menggunakan labu semprot sebelum tanda batas. Kemudian pipet tetes digunakan untuk menambahkan setetes demi setetes sampai berhimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok dengan cara labu takar dibolak balik.

2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M

  • Volume HCl 6 M yang akan diambil dihitung untuk dibuat 50 mL larutan HCl 2 M.
  • Volume HCl yang telah dihitung sebanyak 16,6 mL diukur dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL.
  • Aquades ditambahkan menggunakan labu semprot sebelum tanda batas. Kemudian pipet tetes digunakan untuk menambahkan setetes demi setetes sampai berhimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok dengan cara labu takar dibolak balik.Volume HCl 2 M yang akan diambil dihitung untuk dibuat 50 mL larutan HCl 1 M.Volume HCl yang telah dihitung sebanyak 25 mL diukur dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL.Aquades ditambahkan menggunakan labu semprot sebelum tanda batas. Kemudian pipet tetes digunakan untuk menambahkan setetes demi setetes sampai berhimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok dengan cara labu takar dibolak balik.Volume HCl 1 M yang akan diambil dihitung untuk dibuat 50 mL larutan HCl 0,1 M.
  • Volume HCl sebanyak yang telah dihitung sebanyak 5 mL diukur dengan menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL.
  • Aquades ditambahkan menggunakan labu semprot sebelum tanda batas. Kemudian pipet tetes digunakan untuk menambahkan setetes demi setetes sampai berhimpit dengan tanda batas. Larutan dikocok dengan cara labu takar dibolak balik.

Hasil dan Pembahasan Laporan Pembuatan Larutan

Berikut ini hasil beserta pembahasan laporan pembuatan larutan yang kami sajikan:

Hasil Pengamatan

NoAktivitasHasil
1Pembuatan larutan NaOH 2 M
4g NaOH + H2O
NaOH(S) + H2O
( dikocok)
Keruh, suhunya panas
Tidak berwarna dan terdapat gelembung
2Pembuatan Larutan HCL
16,6 ml HCL 6 M + H2O  sampai tanda batas
( dikocok)
25  ml HCL 2 M + H2O  sampai tanda batas (dikocok)
5 ml HCL 1 M + H2O  sampai tanda batas
( dikocok)
Tidak Berwarna
 
Tidak Berwarna
 
Tidak Berwarna

Analisis Data

Bagian analisis data laporan pembuatan larutan dapat teman-teman peroleh melalui klik tombol disini. Alasan tidak mencantumkan analisis data dikarenakan banyak persamaan.

Baca Juga  Laporan Prisma Fisika Dasar 2

Pembahasan

Dalam laporan pembuatan larutan ini kita akan mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari kristalnya dan mempelajari pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya. Larutan adalah zat cair yang mengandung satu atau lebih komponen yang bercampur secara homogen. Pada umumnya, Laruutan terdiri atas cairan yang melarutkan zat (pelarut) dan zat yan larut di dalamnya (zat terlarut). Larutan  dapat dapat dibuat dari kristalnya dan dari larutan yang lebih besar konsentrasinya (pengenceran) dan dari larutan pekat. Namun, pada praktikum ini pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu dari larutan yang pekat tidak dipraktekkan.

a. Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari kristalnya

Prinsip pembuatan larutan dari kristalnya adalah penimbangan dan pelarutan . Pada percobaan pertama dilakukan pelarutan zat padat pada zat cair untuk mendapatkan konsentrasi larutan dengan nilai tertentu. Prinsip dasar dari pengenceran adalah menambahkan pelarut ke dalam zat yang akan dilarutkan kemudian diaduk hingga membentuk capuran yang homogen. Pada percobaan ini menggunakan padatan NaOH sebagai zat yang akan dilarutkan. Dan menggunakan aquades sebagai pelarut. Caranya yaitu dnegan terlebih dahulu menimbang padatan NaOH kemudian menentukan volume zat cair yang dibutuhkan untuk membuat larutan NaOH sesuai dengan kemolaran yang diinginkan.

Padatan NaOH selanjutnya dilarutkan dengan sedikit aquades. Kemudian diaduk. Tujuan pengadukan yaitu agar menghasilkan campuran yang homogen. Larutan yang dihasilkan berupa larutan keruh dan panas serta bergelembung. Kemuadian larutan dimasukkan ke dalam labu takar dan kembali ditambahkan aquades hingga larutan mencapai volume 50 mL atau berimpit dengan tanda batas. Miniskus yang dipakai adalah miniskus bawah karena larutan yang dipakai tidak berwarna.

Larutan kembali tidak berwarrna karena larutan telah tercampur merata. Dihasilkannya larutan panas dikarenakan NaOH sangat larut dalam air, sehingga NaOH tersebut melepaskan kalor ketika dilarutkan. Hal ini menandakan bahwa dalam proses pelarutan ini terjadi reaksi eksoterm, dimana pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sisterm ke ligkungan, sehingga suhu lingkungan naik yang disertai dengan pelepasan panas ke lingkungan. Oleh karena itu entalpi sistem akan berkurang dan perubahan entalpinya bertanda negatif. Adapun reaksi yang terjadi saat padatan NaOH dilarutkan dengan aquades yaitu:

b. Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari larutan yang lebih tinggi konsentrasinya

Prinsip kerja pada kegiatan ini yaitu melakukan pengenceran HCl dengan kemolaraan tertentu. Pengenceran ialah menambahkan pelarut sehingga konsentrasi larutan awal menjadi lebih rendah tanpa mengurangi jumlaj molnya. Pengenceran HCl 6 M menjadadi larutan HCl 2 M, HCl 1 M, dan HCl 0,1 M dilakukan denan cara menambahkan aquades ke dalam larutan yang akan di ubah konsentrasinya.

Pada saat larutan HCl diencerkan, larutan tidak berubah warna dan terasa agak dingin serta tidak terdapat gelembung. Hal ini menandakan bahwa dalam proses pengenceran terjadi reaksi endoterm, dimana dalam reaksi endoterm ini terjadi penyerapan energi panas karena adanya perpindahan kalor dari linkungan ke sistem. Sehingga suhu lingkungan menjadi turun sedangkan entalpi sistem  bertambah. Oleh karena itu, perubahan entalpi yang terjadi bernilai positif. Adapun reakyang terjadi saat HCl direaksikan dengan aquades yaitu:

dimana HCl merupakan asam monoprotik yang dapat berdisosiasi melepaskan satu H⁺ sehingga membentuk ion hidronium (H₃O⁺) dan ion klorida (Clˉ). Pembuatan larutan HCl 2 M dibutuhkan volume larutan HCl 6 M sebanyak 16,6 mL, pembuatan HCl 1 M dibutuhkan volume HCl 2 M sebanyak 25 mL dan pembuatan larutan HCl 0,1 M dibutuhkan volume HCl 1 M sebanyak 5 mL.

Kesimpulan dan Saran Laporan Pembuatan Larutan

Adapun kesimpulan beserta saran dari laporan pembuatan larutan yakni:

Kesimpulan

  • Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari kristalnya dapat dilakukan dengan mentukan massa padatan yang akan dilarutkan menggunakan rumus molaritas. Pada pembuatan larutan dari kristalnya terjadi reksi eksoterm yaitu reaksi pelepasan  energi panas dari sistem ke lingkungan yang ditandai dengan larutan yang terasa panas.
  • Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari larutan yang lebih besar konsentrasinya dapat dilakukan dengan menentukan volume larutan induk yang akan digunakan untuk membuat larutan yang lebih kecil konsentrasinya dengan menggunakan rumus pengenceran. Pada pembuatan larutan dari larutan yang lebih besar konsentrasinya terjadi reaksi endoterm yaitu reaksi penyerapann kalor dari lingkungan ke sistem sehingga larutan akan tersa dingin.

Saran

  • Praktikan, untuk selanjutnya harus menguasai prosedur kerja dengan baik seperti saat melakukan titrasi. Berhati-hati dalam melakukan percobaan, karena alat yang digunakan mudah pecah. Selain itu, lebih teliti dalam pembacaan alat, karena data yang diperoleh bergantung pada pembacaan alat.
  • Asisten, diharapkan agar selalu mengarahkan praktikan dalam melakukan percobaan supaya hasil yang diperoleh baik. Tetap pertahankan sifat yang ramah kepada praktikan dan sebaliknya bisa memberikan nilai kepada praktikannya dengan baik.
  • Laboran, diharapkan agar ditingkatkan pelayanan praktikum agar lebih baik lagi, agar praktikan bisa melakukan praktikum dengan nyaman.

Daftar Pustaka Laporan Pembuatan Larutan

Drs. Mulyono HAM, M.Pd. 2012. Membuat Reagen Kimia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Elida S, Tety, dkk. 1996. Pengantar Kimia. Jakarta: Gunadarma.

Petrucci,Ralph. 1987. Kimia Dasar Jilid II. Prinsip dan terapan Modern. Jakarta : Erlangga.

Roniyus MS. 2005. Analisis dan Pemodelan Ketergantungan Indeks Bias Larutan terhadap Konsentrasi Zat terlarut. Jurusan FMIPA Universitas Lampung.

Selbin. JR. H. 2010. Kimia Anorganik Teori. Yokyakarta: UGM.

Tim Penyusun. 2015. Jurnal Kimia UNPAD. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas. ISSN No.2303-3401.

Demikianlah laporan pembuatan larutan kimia dasar yang dapat kami share buat teman-teman, semoga referensi ini bisa membantu. Tetap semangat dan jangan menyerah terhadap apa yang kalian mulai.

Scroll to Top
Open chat
Hallo, Kami siap membantu masalah Anda.