Teori Belajar Konstruktivistik dalam Pembelajaran

teori belajar konstruktivistik

Calonpendidik.com – Teori belajar konstruktivistik merupakan salah satu dari pengelompokan teori yang ada didalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu agar pelaksanaan pembelajaran bisa berjalan secara maksimal, maka perlu mengetahui salah satu dari teori belajar ini. Berikut ini ulasan mengenai teori belajar tersebut.

Teori Belajar Konstruktivistik

Teori belajar konstruktivistik dalam pembelajaran didasarkan pada perpaduan dari beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi sosial. Premis dasarnya adalah individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilannya dan informasi yang diperoleh dalam proses membangun kerangka dari peserta didik dari lingkungan di luar dirinya.

Secara filosofis, pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan secara bertahap, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatasdan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep yang siap untuk diambil atau diingat. Pengetahuan itu seharusnya bisa memberi makna melalui pengalaman yang nyata.

Konstruktivisme dalam belajar, menekankan belajar terjadi bukan hanya ketika peserta didik aktif struktur kognitif mereka terlibat dalam pengalaman membangun skema. Peserta didik harus mengkonstruksikan ilmu pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Konsep Teori Konstruktivistik Menurut Para Ahli

Perkembangan teori ini tidak terlepas dari kerja keras para ahli, agar teori ini tetap eksis dalam sistem pendidikan. Adapun konsep itu adalah sebagai berikut:

a. Teori Jean Piaget

Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, Suatu pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia. Sehingga saat manusia belajar, sebenarnya terjadi dua proses, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi.

Baca Juga  Bahan Pelajaran - Pengertian, Sifat, dan Penentuan

Terdapat tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap konsturktivisme kognitif yaitu sebagai berikut:

  1. Perkembangan intelektual dapat terjadi dalam tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama.
  2. Tahap itu didefenisikan sebagai cluster (pengurutan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan).
  3. Tahap tersebut dilengkapi keseimbangan, proses asimilasi dan akomodasi.

b. Teori Vygotsky

Menurut Vygotsky, salah satu konsep dasar konstruktivisme adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Interaksi sosial dalam perkembangan kognitif telah melahirkan sebuah konsep. Perkembangan kognitif manusia berkaitan erat dengan perkembangan bahasanya.

Dalam hal ini inti kontruktivisme adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam proses pembelajaran.

a. Teori Wheatley

Dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan menggunakan teori belajar konstruktivisme, yaitu peserta didik tidak mendapatkan pengetahuan secara pasif, melainkan secara aktif dan fungsi kognitif itu bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman yang nyata yang dimiliki oleh peserta didik.

b. Teori Tasker

Ada tiga penakanan teori belajar kontruktivisme menurut Tasker, yaitu :

  1. Peserta didik secara aktif mengkonstruk pengetahuan secara bermakna.
  2. Membuat kaitan antara gagasan dalam pengonstruksian secara bermakna.
  3. Membuat kaitan gagasan dan informasi baru yang diterima.

Model-Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Belajar Konstruktivistik

Teori ini telah melahirkan berbagai macam model-model pembelajaran, dimana terdapat pandangan yang sama, bahwa peserta didik adalah pelaku aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun sendiri pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Adapun model-model tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Quantum Learning

Model ini berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang menyenangkan. Quantum learning ini berisi prinsip-prinsip sistem pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif. Dalam praktiknya, bersandar pada asas utama yaitu bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.

Baca Juga  Keterampilan Proses Sains - Pengertian dan Indikator

b. Contextual Teaching and Learning

Dengan konsep ini, pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Artinya proses pembelajaran bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Tugas guru mengelolah kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama dalam menemukan sesuatu yang baru. Datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.

c. Discovery Learning

Dalam model ini peserta didik belajar lebih aktif melalui konsep atau prinsip tertentu, dan guru mendorong agar peserta didik memiliki pengalaman untuk menemukan prinsip tersebut bagi diri mereka sendiri. Sehingga mereka bisa belajar untuk mandiri dalam memecahkan masalah serta mengembangkan kemampuan mereka dalam berpikir kritis.

d. Assisted Learning

Model ini mempunyai peran yang penting dalam perkembangan kognitif individu. Dimana perkembangan kognitif ini terjadi melalui interaksi peserta didik dengan lingkungannya. Interaksi sosial serta bantuan belajar yang diberikan lebih dari sekedar metode mengajar, keduanya merupakan sumber terjadinya proses mental yang lebih tinggi.

e. Active Learning

Pada saat kegiatan pembelajaran aktif, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka telah pelajari. Belajar aktif ini merupakan langkah cepat, menyenangkan dan menarik.

f. The Accelerated Learning

Konsep dasar dari model pembelajaran ini adalah pembelajaran yang berlangsung secara cepat, menyenangkan dan tentunya memuaskan. Menurut Bobbi De Porter, model ini dapat memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal serta dibarengi dengan kegembiraan.

Kelebihan dan Kekurangan

Adapun kelebihan dan kekurangan dari teori belajar ini yaitu sebagai berikut:

a. Kelebihan

  1. Peserta didik lebih paham dan bisa mengamplikasikannya dalam semua situasi, karena terlibat secara langsung dalam menemukan pengetahuan baru.
  2. Dalam proses menemukan pengetahuan baru, tentunya dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan masalah, menjalankan idenya, dan membuat keputusan.
  3. Lebih mudah memahami keadaan lingkungan sosialnya, yang diperoleh dari interaksi langsung.
  4. Membangkitkan rasa senang pada diri peserta didik, karena terlibat langsung secara terus menerus dalam proses pembelajaran.

b. Kekurangan

  1. Cakupannya terlalu luas, sehigga lebih sulit untuk dipahami.
  2. Peran guru sebagai pendidik kurang mendukung.
Scroll to Top
Open chat
Hallo, Kami siap membantu masalah Anda.